LIMA PILAR PENGUATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
- Diterbitkan: Kamis, 03 Juli 2014 02:24
- Dilihat: 484
- 24 Jul
Suatu program nasional yang kini menjadi model pemberdayaan masyarakat dan semakin terlihat serta dirasakan hasilnya adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Program ini lebih menekankan pemberdayaan masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengubah dirinya melalui pembangunan yang berkelanjutan, sehingga terwujud apa yang diimpikan. Pada program ini masyarakat diarahkan dan dirangsang agar muncul keinginan dari mereka, diproses dan dilaksanakan oleh mereka, dan hasilnya untuk mereka. Jika program ini terus dilaksanakan sepanjang zaman, sesungguhnya program pembangunan nasionalpun bisa diserahkan dan dilaksanakan oleh masyarakat sendiri dengan tetap difasilitasi oleh Negara cq. Pemerintah atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Terkait tulisan ini, Saudara M. Rohmat telah membuat tulisan dengan judul seperti di atas yang dicetak pada halaman OpiniKoran Pagi Wawasan, terbit Rabu Pon, 4 April 2012. Semoga informasi dibawah ini bermanfaat bagi pembaca dan siapa saja yang peduli dengan upaya pengentasan kemiskinan yang akrab dengan masyarakat kita. Tulisan tersebut selengkapnya sebagai berikut:
Temu Nasional PNPM Mandiri 2011 bertajuk “Menyusun Peta Jalan untuk Penguatan PNPM Mandiri Impian Masyarakat”, yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Kemenkokesra) di Jakarta, akhir November 2011 bertujuan untuk mengeksplorasi mimpi-mimpi masyarakat tentang PNPM Mandiri. Selain itu, juga dimaksudkan untuk menjaring masukan bagi penyusunan peta jalan PNPM Mandiri paska 2014.
Hasil Temu Nasional terangkum dalam resolusi yang memaparkan lima pilar penguatan pemberdayaan masyarakat Indonesia, yakni: PNPM Mandiri sebagai pemberdayaan masyarakat yang terbuka dan terdesentralisasi; efektif dan terintegrasi; terlembaga dan berkelanjutan; memiliki pendamping yang efektif dan terlembaga; serta mengedepankan prinsip trasparansi dan perlawanan terhadap berbagai bentuk praktek korupsi.
“Satu mimpi saya untuk memberikan pendidikan dasar bagi anak-anak desa ini sudah terwujud. Impian saya ke depan adalah sekolah bisa menjadi jembatan masa depan anak-anak desa Toyidito untuk kehidupan yang lebih baik”, ujar Wisnu Tipuo, guru Sekolah Jauh Desa Toyidito, Gorontalo dalam sesi diskusi Temu Nasional PNPM Mandiri tahun 2011. Wisna Tipuo adalah salah satu dari 215 peserta Temu Nasional 2011 yang diundang dari berbagai daerah di Indonesia untuk memberikan masukan bagi penyusunan peta jalan PNPM Mandiri paska 2014.
Waktunya Bermimpi
Temu Nasional PNPM Mandiri diadakan untuk mengeksplorasi mimpi-mimpi masyarakat tentang PNPM Mandiri impian. Dalam Temu Nasional ini, dikesampingkan semua dokumen-dokumen peraturan, undang-undang, dan lain sebagainya. Saat ini adalah waktunya bermimpi untuk pelaksanaan PNPM Mandiri yang lebih baik. Hal itu ditegaskan oleh Sujana Royat , Ketua Pokja Pengendalian PNPM Mandiri yang juga menjabat sebagai Deputi Pengentasan Kemiskinan untuk Kementerian Koordinator dan Kesejahteraan Rakyat, dalam pembukaan acara.
Sujana Royat juga mengundang Ekawati Liu, salah satu konsultan PNPM Mandiri yang tuna rungu untuk mengekspresikan harapannya. Melalui tulisan yang terpampang dalam layar, Ekawati menantang seluruh peserta Temu Nasional untuk berani mendukung kesetaraan, “tantangan besar yang Anda hadapi adalah bagaimana mengukuhkan reputasi program ini sebagai wadah penyalur dan pelaksana aspirasi mereka yang tidak bersuara dan tidak terlihat,” tulisannya.
Lokakarya diikuti secara aktif oleh seluruh peserta yang terdiri dari para pelaku PNPM Mandiri dari berbagai daerah, penerima manfaat, fasilitator, konsultan, unsur pemerintah daerah dan Tim Koordinasi penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) serta peserta dari pusat yang berasal dari kementerian dan lembaga pengelola PNPM Mandiri, kementerian terkait, lembaga donor internasional dan LSM.
Kebersamaan
Sudarmi, Fasilitator Kecamatan Kesamben, Blitar, Jawa Timur mengungkapkan opininya tentang kekuatan PNPM kepada rekan-rekannya di meja 14. “Kebersamaan adalah kekuatan program PNPM. Masyarakat selalu dilibatkan dalam setiap tahap pelaksanaannya, mulai dari identifikasi masalah, pengambilan keputusan, pelaksanaan, hingga pemeliharaan”. Wanita berusia 43 tahun ini telah terlibat dalam program pemberdayaan masyarakat di Indonesia selam 10 tahun, dan pada acara tersebut Ia menerima penghargaan Fasilitator Kecamatan Terbaik Program PNPM Mandiri Perdesaan.
Keseluruhan mimpi yang terangkum dalam Temu Nasional ini dirangkum dalam sebuah resolusi yang mencakup lima pilar penguatan pemberdayaan masyarakat Indonesia yakni: PNPM Mandiri sebagai pemberdayaan masyarakat yang terbuka dan terdesentralisasi; efektif dan terintegrasi; terlembaga dan berkelanjutan; memiliki pendamping yang efektif dan terlembaga; serta mengedepankan prinsip transparansi dan perlawanan terhadap berbagai bentuk praktek korupsi.
Tahun 2011, PNPM Mandiri telah bekerja di 6.622 kecamatan dengan nilai Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) mencapai Rp. 10,3 triliyun. Dan untuk tahun 2012 mendatang, PNPM Mandiri akan bekerja di 6.680 kecamatan dengan BLM sebesar Rp. 9,9 triliyun.
(Drs. Munasor,MM, Widyaiswara BPPP Tegal)