ARTIKEL
Atribut Kepemimpinan
Oleh : Munasor, Widyaiswara Utama BPPP Tegal-Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Judul di atas merupakan satu diantara beberapa substansi tulisan Warren Bennis yang berjudul “MENJADI PEMIMPIN DARI PARA PEMIMPIN”, dimana tulisan beliau menjadi salah satu dari kumpulan Karya Penulis kesohor dunia yang dibukukan dengan judul “Rethinking the Future, editor: Rowan Gibson, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 1998. Penulis turunkan tulisan beliau pada edisi ini berupa sarinya untuk menjadi masukkan bagi kita yang hakekatnya juga merupakan pemimpin, sekalipun atas diri sendiri. Semoga sari tulisan beliau bermanfaat bagi kita, aamiin. Adapun sari tulisan beliau adalah sebagai berikut:
Warren Bennis menyatakan, bahwa kepemimpinan yang berhasil tidak tergantung pada maskulinitas atau feminitas, akan tetapi tergantung pada masalah budaya organisasi dimana anda berada dan seperangkat atribut tertentu yang dimiliki oleh semua pemimpin, baik wanita atau pria. Menurut beliau yang dimaksud atribut kepemimpinan adalah sebagai berikut:
Pertama: Pemimpin harus memiliki pemahaman akan tujuan yang jelas dan tertentu. Jadi, pemimpin harus memiliki visi. Perbedaan antara memimpin dan mengelola ialah: bahwa memimpin berarti melakukan hal-hal yang benar, sedang mengelola berarti melakukan hal-hal dengan benar. Pada masa ini, terlalu banyak organisasi yang dikelola (overmanage) dan kurang dipimpin (underled), sebab orang-orang yang dipuncak hanya pintar membuat berbagai kebijakan, praktek dan prosedur, tetapi kurang cakap dalam menciptakan visi ke depan yang menarik dan mempersatukan semua orang dalam organisasinya. Mereka itu manajer dan bukan pemimpin. Mereka lebih berfokus pada upaya untuk mencapai efesiensi yang lebih besar, dan bagaimana mengontrol berbagain sistem dan struktur mereka dengan lebih efektif. Mereka berfokus pada ”bagaimana melakukan hal-hal dengan benar”. Pada abad ini, kita memerlukan pemimpin yang mengetahui apa yang sesungguhnya penting bagi organisasi untuk jangka panjang; pemimpin yang memiliki impian, misi dan tujuan strategis.
Kedua: Kemampuan mengartikulasikan suatu visi dengan jelas dan mengkomunikasi kannya dengan sederhana tetapi menarik.
Peran pemimpin tidak hanya harus memiliki visi, tetapi juga mampu menanamkan visi itu di seluruh organisasinya, mengingatkan orang-orangnya terus menerus mengenai apa yang penting dan menciptakan suatu lingkungan di mana setiap orang tahu kenapa mereka ada di sana. Dalam rangka mengkomunikasikan visi, pemimpin harus memahami dan menghayati visi - mengejawantahkannya dalam kehidupan sendiri dan memberdayakan setiap orang dalam organisasi untuk mewujudkan serta melaksanakan visi dalam segala hal yang mereka lakukan. Dengan kata lain, pemimpin harus menambatkan visi dalam segala realitas organisasi, sehingga visi itu menjadi landasan bagi pembuatan keputusan. Hindari tindakan bicara, sebab tindakan bicara lebih keras daripada kata-kata.
Ketiga: Kemampuan untuk menciptakan kepercayaan.
Pemimpin harus fasih berkomunikasi dan menunjukkan bahwa mereka peduli. Pemimpin harus dipandang oleh orang lain sebagai orang yang dapat dipercaya. Karena itu, usahakan komunikasi harus dilakukan dengan bertatap muka.. Sang pemimpin harus mampu menciptakan kepercayaan dan mempertahankannya, dan berarti pemimpin itu mampu menunjukkan kompetensi dan konsistensi.
Bagi para pemimpin masa depan, Warren Bennis memberi nasehat, yaitu ”cobalah sebanyak mungkin hal yang anda bisa”. Dengan mengutip pernyataan Henry James, beliau mengatakan ”strike hard and try everything” (berusaha keras dan coba segala hal). Beliau menyukai kutipan itu, karena dengan jelas menyatakan ”bahwa anda tidak akan pernah sungguh mencapai sesuatu kecuali anda ambil resiko dan mencoba, dan kemudian belajar dari setiap pengalaman”. Menggunakan metafora olah raga, para pemimpin harus siap berdiri di posisi memukul bola. Mereka harus bermain, juga kalau hal itu berarti membuat kesalahan. Dan mereka harus belajar dari kesalahan itu. Dengan kata lain, pemimpin harus mampu beradaptasi dan mengetahui sebanyak mungkin situasi yang dapat ia masuki. Berarti, pemimpin perlu memiliki kecenderungan umum ke arah tindakan. Bukan hanya refleksi, tetapi tindakan. Yang paling ideal adalah kombinasi antara keduanya. Kemudian, pemimpin perlu mendapatkan umpan balik mengenai bagaimana anda melakukannya, agar anda dapat belajar. Pemimpin harus mengembangkan dan memupuk sumber-sumber ”reflektive backtalk” - maksudnya, anda harus memiliki cukup orang di sekitar anda yang nasehat-nasehatnya dapat anda andalkan, yaitu orang-orang yang mampu mengatakan kebenaran kepada anda. Orang-orang semacam itu dapat diandalkan oleh seorang pemimpin untuk dapat melihat perlunya perubahan. Mereka itulah orang-orang yang memiliki masa depan dalam tulang sumsumnya. Dan anda memerlukan orang-orang semacam itu. Anda tak dapat melakukannya sendiri Anda memerlukan orang lain yang dapat menerima visi yang sama dan menggelindingkannya.
Yang nantinya harus dilakukan oleh pemimpin yang efektif adalah menciptakan sebuah visi dengan makna, dan bukan hanya visi saja, visi yang memiliki signifikansi, dan visi yang meletakkan para pemainnya di pusat segala sesuatu daripada hanya di pinggirannya. Apabila organisasi-organisasi memiliki visi yang bermakna bagi orang-orang – suatu visi yang mereka peluk bersama – tak ada sesuatu yang menghalangi mereka untuk meraih sukses. Visi bersama merupakan hal yang membuat orang-orang yang memeluknya atau organisasi yang memilikinya akan tampil sebagai pemenang.
Visi itu harus dipeluk bersama-sama oleh orang dalam organisasi. Dan satu-satunya cara agar visi itu bisa dipeluk dan diyakini bersama ialah bahwa dia harus memiliki makna bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya. Para pemimpin harus menentukan langkah-langkah yang secara perilaku cocok dengan visi itu, dan memberi imbalan kepada orang-orang yang mengikuti langkah-langkah itu. Kemudian mereka memerlukan suatu simpul-simpul umpan balik yang akan bisa memastikan bahwa visi itu masih relevan, masih penting, dan memang ada resonansinya. Tanpa makna dan resonansi, pernyataan visi hanya akan merupakan kebenaran yang basi dan apak.
Menurut anda, apa pengaruh teknologi informasi pada cara pemimpin menjalankan kepemimpinannya?
Lebih daripada sebelumnya, kini kita hidup dalam masyarakat teknologi tinggi. Teknologi informasi dan komunikasi tidak hanya mengubah derajat kepemimpinan, tetapi juga macam kepemimpinan yang kita butuhkan. Karena, ketika kita melakukan demokratisasi melalui personal komputer di tempat kerja, dan ketika kita mengembangkan jebnis-jenis teknologi dan perangkat digital yang bersifat interaktif yang kita saksikan sekaran ini, komunikasi kita akan menjadi lebih merambah ke mana-mana. Kita akan dapat bicara dengan jauh lebih banyak orang daripada yang mungkin pernah dapat kita pikirkan sebelumnya. Dan kita akan memiliki jauh lebih banyak informasi di ujung jari-jari kita. Karena itu, jelas bahwa salah satui hal yang akan dilakukan oleh teknologi informasi itu ialah mendemokratisasikan tempat kerja dengan lebih hebat lagi, dan itu berarti bahwa para pemimpin harus menjadi lebih merasa nyaman dengan teknologi maju beserta berbagai perubahan yang akan dibawa serta olehnya. Banyak di antara pemimpin itu tidal merasa nyaman dengan teknologi maju beserta perubahan yang diakibatkannya. Saya memiliki sebuah tim dalam institut kepemimpinan saya, yang terdiri dari para pemimpin yang hebat, dan mereka semua memilikie-mail. Tetapi ketika saya tanya, berapa banyak di antara mereka yang memanfaatkan e-mail itu, hanya setengah dari mereka yang angkat tangan. Beberapa di antara yang mengangkat tangannya itu malah melakukannya dengan tidak mantap. Karena itu, saya kira teknologi informasi akan memiliki konsekwensi yang mendalam terhadap cara kita mengorganisasikan sesuatu di masa depan, dan terhadap kecanggihan yang akan kita perlukan sebagai pemimpin. Menarik sekali apa yang terjadi pada ulang tahun saya yang ke tujuh puluh. Anak-anak saya hadir semua. Umur mereka mendekati atau berada di awal tiga puluhan. Salah satu hadiah ulang tahun yang mereka berikan kepada saya adalah panduan mengenai cara memanfaatkan internet dan World Wide Web, yang bisa dipelajari sendiri selama dua jam. Dua diantara mereka memberi saya hadiah perangkat lunak.
Karena itu, jelaslah bahwa generasi muda kita ini dibesarkan dalam dunia teknologi tinggi. Saya sendiri dilahirkan ketika orang hampir tidak mendengar mengenai televisi, dan ketika radio FM hampir tak ada. Tetapi, kini situasinya persis sama dengan apa yang dikatakan oleh Naisbitt beberapa tahun yang lalu, yaitu bahwa kita sedang menciptakan dunia yang ”hig-tech, high touch”, dan kita akan melihat jenis orang-orang yang sama sekali lain, yang akrab dengan teknologi maju sebagai bagian dari kelaziman hidup mereka.
Apa artinya itu bagi para pemimpin masa depan? Perkenankan saya membuat suatu analogi. Ini kiranya mirip dengan psikiatri dan psikofarmakologi. Istri saya adalah seorang psikofarmakolog . Dia dididik sebgai seorang psikiatris, tetapidia menyadari bahwa terapi melalui nasihat dan kata-kata tidak cukup, dan bahwa banyak masalah kesehatan mental dapat ditangani secara efektif dengan obat-obatan. Tetapi dia tahu bahwa keduanya penting. Dia masih melakukan terapi melalui nasihat kata-kata (talk Therapy), tetapi juga menggunakan obat-obatan. Dengan cara yang kira-kira serupa, para pemimpin harus merasa nyaman dengan teknologi maju, tetatpi pada saat yang sama amat mungkin bahwa dia harus lebih mengembangkan kemampuan berhubungan secara pribadi daripada sebelumnya. Mereka akan lebih memerlukan kompetensi interpersonal dan akrab dengan teknologi maju yang mungkin lebih anonim.
Komentar Anda
-
DUA PEMBUDIDAYA UDANG PEMALANG PUAS DENGAN HENKITA
22.04.2015 09:39
luaaarrr biasaaaa .... -
MKP SUSI PUJIASTUTI ACUNGKAN JEMPOL UNTUK BPPP TEGAL
02.04.2015 08:34
Smoga bermanfaat n sustainable,,,,,,,,,,, -
KENALKAN KAPAL, TK BIAS TEGAL KUNJUNGI KAPAL LATIH EKOR KUNING
27.03.2015 15:08
smoga bermanfaat,,,,,,,,,,,,, n sukses untuk EK.