Untuk memacu peningkatan produksi dan kualitas garam yang sesuai dengan standatr mutu yang ditetapkan pemerintah , maka perlu pembaruan – pembaruan lahan terhadap proses produksi garam.
Pada proses produksi garam yang disarankan untuk dikembangkan adalah proses pengolahan dan kristalisasi bertingkat. Proses ini merupakan pembaruan dari proses pengolahan garam yang konvesional. Pembaruan yang terdapat pada proses penguapan dan kristalisasi bertingkat adalah mencakup tata cara pengaliran dan kontrol kualitas air laut dari satu petak kepetak lainya.
Beberapa tahap proses pembuatan garam krosok yang perlu dilaksanakan didalam proses penguapan dan kristalisasi bertingkat , adalah :
Persiapan
Persiapan dilakukan paling lambat 2 minggu sebelum musim kemarau tiba dan pekerjaan persiapan adalah berupa : Perbaikan semua saluran, tanggul – tanggul kolam pegaraman , pintu – pintu air laut / garam dari satu kolam kekolam lainya , memperbaiki dasar tanah , membersihkan ( dari lumpur dan kotoran pada kolam - kolam ) tempat pencucian dan pengeringan garam , penempatan kembali kincir angin dan pompa air laut .
Efisiensi penggunaan lahan pegaraman
Luasan lahan penggaraman sebaiknya diatur atau ditata pembagian luasan lahan yang akan digunakan untuk kolam penampungan , kolam penguapan dan kolam kristalisasi dengan perbandingan 65 ; 35 , dimana yang 35% digunakan sebagai kolam kristalisasi , dengan harapan agar produksi garam akan meningkat. Sedangkan 65% terbagi pada kolam penampungan air muda , peminihan dan kolam penampungan air tua.
Dibawah ini diterangkan tentang tata letak kolam penampungan air muda , kolam penguapan , kolam penampungan air tua dan kolam kristalisasi.
LAHAN PEGARAMAN
Keterangan :
Kolam buffer atau kolam penampungan air muda
Kolam 1, 2 , 3 , dan 4 adalah kolam penguapan ( peminihan )
Ulir / kolam penguapan untuk mempercepat penuaan air muda
Kolam 5 adalah bunker atau kolam penampungan air tua
Meja – meja kristalisasi
Luas kedalaman air dan besaran Be dalam kolam penggaraman
Jenis kolam |
Luas ( % ) |
Kedalaman air ( cm ) |
Kepekatan ( Be ) |
Buffer dan reservoir |
25 |
70 – 100 |
3,5 – 4 |
Penguapan awal 1 |
7 |
30 – 40 |
5 – 7 |
Penguapan awal 2 |
7 |
20 – 30 |
7 – 10 |
Penguapan lanjut 1 |
7 |
15 – 18 |
10 – 12 |
Penguapan lanjut 2 |
7 |
12 – 18 |
12 – 17 |
Penguapan akhir |
12 |
10 – 15 |
17 – 23 |
kristalisasi |
35 |
5 - 10 |
25 – 29,5 |
Buffer atau kolam penampung air muda
Air laut dari saluran sekunder dimasukan kedalam kolam penampungan air muda ( buffer ), dalam kolam buffer akan terjadi pengendapan lumpur dan oksida – oksida serta kotoran lainya , buffer selain berfungsi sebagai tandon air muda juga akan terjadi proses pengendapan kotoran yang tercampur dengan air laut yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan garam , sehingga sangat menentukan kualitas garam yang dihasilkan.Didalam kolam penampungan air muda ini derajat kekentalan masih sekitar 3,5 dan masih dapat digunakan sebagai lahan budidaya, namun dengan makin lamanya air muda tertampung dalam buffer maka kepekatan air lautpun akan makin meningkat . Luasan kolam pengendapan yang ideal adalah sebesar 25 % dari luasan total area penggaraman, dengan kedalaman 70 cm sampai dengan 100 cm. Setelah air muda didiamkan selama 4 hari maka akan terjadi peningkatan kepekatan hingga mencapai 4 Be , baru dialirkan kekolam penguapan 1 ( peminihan 1 )
Proses penguapan
Setelah air laut melewati kolam pengendapan sekitar 4 hari, maka air laut tersebut dialirkan kedalam kolam – kolam penguapan. Kolam – kolam penguapan dibagi menjadi lima tingkatan / tahap , yaitu kolam penguapan 1sampai dengan kolam penguapan 5, serta ditambah bunker sebagai tandon air tua. Dalam kolam penguapan ini akan terjadi penguapan air ) secara terus – menerus , sehingga oksida – oksida besi serta garam – garam kalsium akan terendapkan.
Kolam penguapan 1
Dalam kolam penguapan 1, larutan garam yang berasal kolam tandon didiamkan selama 2 – 3 hari dengan kedalaman air 30 cm dan derajat kekentalanya akan meningkat mencapai 5 – 7 ⁰ Be. Kemudian dipindahkan kekolam penguapan 2.
Kolam penguapan 2
Dalam kolam penguapan 2 , larutan garam yang berasal dari kolam penguapan 1 didiamkan selama kurang lebih 2 hari dengan kedalaman kolam penguapan 2 dijaga sekitar 20 cm , sehinggaderajat kekentalanya akan meningkat menjadi 7 – 10⁰Be , selanjutnya larutan garam dipindahkan kekolam penguapan 3.
Kolam penguapan 3
Dalam kolam penguapan 3, larutan garam yang berasal dari kolam penguapan 2, didiamkan selama kurang lebih 2 hari dengan kedalaman air dalam kolam penguapan 3 dijaga sekitar 15 cm , dan derajat kekentalanya akan meningkat menjadi 10⁰ – 12⁰Be yang selanjutnya larutan garam tersebut dipindahkan kekolam penguapan 4.
Kolam penguapan 4
Dalam kolam penguapan 4 , larutan garam yang berasal dari kolam penguapan 3,didiamkan selama kurang lebih 2 hari dengan kedalaman air dalam kolam penguapan 4 dijaga sekitar 15 cm , dan derajat kekentalanya akan meningkat menjadi 17⁰ – 23⁰ Be yang selanjutnya larutan garam tersebut dipindahkan kekolam penguapan sistim ulir
Kolam penguapan sistim ulir
Dalam kolam penguapan sistim ulir , adalah ditujukan untuk mempercepat penuaan larutan garam yang berasal dari kolam penguapan 4 , dimana larutan garam tersebut mengalir secara berkelok – kelok dan hal ini salah satu cara agar larutan garam agar lebih sepat tua, untuk kedalaman air dalam kolam sistim ulir selalu dijaga sekitar 10 cm , dalam waktu 1 hari derajat kekentalanya akan meningkat kurang lebih hingga 20⁰ – 24⁰Be.
Kolam bunker
Kolam bunker berfungsi sebagai tandon air tua yang berasal dari kolam ulir, sehingga jika sewaktu – waktu terjadi kekurangan suplay air laut tidak akan mengganggu proses produksi. Didalam kolam tandon larutan garam didiamkan kurang lebih 2 hari untuk meningkatkan kepekatan garam sebelum larutan garam tersebut dipindahkan kekolam kristalisasi, tetapi larutan garam tersebut tidak boleh melebihi 29,5°Be karena akan menurunkan kadar NaCl dari garam yang dihasilkan.
Didalam kolam kolam penguapan larutan garam akan selalu mengalami peningkatan kepekatan larutan garam , dan perubahan peningkatan kepekatan karena adanya panas matahari yang normal. Apalagi pada penataan lahan tersebut ditambah sistim ulir , Dimana pada sistim ulir proses penuaan air tua akan lebih cepat yaitu memerlukan waktu berkisar 10 hari sedangkan pada sistim konvensional mencapai 14 hari. Sehingga didalam waktu yang relatip singkat petani garam akan lebih cepat memproduksi garam .selain itu diharapkan petani tambak garam selalu mengontrol kadar larutan garam pada setiap kolam penguapan sebelum larutan tersebut dipindahkan kekolam selanjutnya, hal ini bertujuan untuk mendapatkan garam yang berkualitas
DAFTAR PUSTAKA
1. Aris Kabul, 2011. Ramsol,Dirjen KP3K Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia , Jakarta.
2. Buku Panduan Pembuatan Garam Bermutu 2002. Badan Riset Kelautan dan Perikanan.Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Nonhayati.Proyek Riset Kelautan dan Perikanan .
3. Pemberdayaan Garam Rakyat.2003. Direktorat Jendral Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran Departemen Kelautan dan Perikanan
(Dtajat, S.Pi, Widyaiswara BPPP Tegal)