MEMILIH LOKASI TAMBAK GARAM RAKYAT
A. LATAR BELAKANG
Kawasan pesisir dan laut mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk dikembangkan oleh masyarakat pasisir, namun sumberdaya kelautan dan perikanan di kawasan pesisir dan laut sementara ini masih banyak yang belum dikelola sesuai dengan karakteristik wilayahnya. sehingga masih belum bisa meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir secara maksimal.
Mengingat hal tersebut pada pembangunan yang akan datang pemanfaatan sumber daya kelautan harus dijadikan prioritas, mengingat sumber daya alam kelautan dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi domestik dan penghasil devisa negara.
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai 81.000 km merupakan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumber daya hayati dan non-hayati yang sangat besar. Dengan lautan yang merupakan 70% dari luasan total wilayah nusantara, maka laut menyimpan banyak potensi untuk dimanfaatkan, antara lain adalah garam. Tetapi tidak seluruh luasan garis pantai ini bisa dikelola untuk tambak garam , karena lokasi tambak garam harus memenuhi persyaratan agar didapat garam yang berkwalitas dan kwantitas yang maksimal . Saat ini di beberapa daerah cukup berpotensi sebagai penghasil garam. Diantaranya Pati, Rembang, Pamekasan, Sumenep, Sampang, Indramayu, Cirebon, Nagekeo, NTT, NTB serta daerah-daerah lainnya.
B. MEMILIH DAERAH LOKASI TAMBAK GARAM
Apabila diwilayah pesisir akan dikembangkan menjadi lokasi tambak garam maka ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan didalam menentukan tingkat kesesuaian lokasi yaitu berdasarkan aspek Ekologis dan aspek Tanah.
1. Aspek Ekologis meliputi :
a. Sumber daya air laut
b. Pasang surut air laut
c. Iklim dan cuaca
d. Angin
c. Kelembaban udara
d. Curah hujan
e. Evaporasi
a. Sumber daya air laut.
Air laut merupakan bahan utama yang digunakan untuk membuat garam. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan kaitannya dengan sumber daya air laut yaitu :
1. Kadar Garam
Perairan Laut Indonesia secara umum memiliki kadar garam rata-rata 3 – 3,5 Be dengan spesifik Gravity 1,0258. Untuk mengetahui kepekatan kadar garam pada air laut dapat dilakukan dengan cara mengukur dengan alat ukur Baumemeter/Hydrometer
2. Bersih
Untuk menjamin keberhasilan tambak perairan harus bersih, tidak terdapat sampah, jernih dan tidak terlalu banyak mengandung suspresi zat padat. Perairan pantai di sekitar muara sungai umumnya sangat keruh dan bersalinitas rendah. Oleh karena itu areal pegaraman yang terletak didekat muara sangat pasok air asin harus diabaikan. Beberapa kriteria lokasi kaitannya dengan sumber air laut yaitu :
- Berdekatan muara sungai : Mutu air laut rendah
- Pada teluk tertutup : Mutu baik
- Pengaruh pasang surut : Bila tajam beda pasang surut berpengaruh kurang baik
- Pengaruh polusi yang lain : Zat kimia atau lumpur
3. Derajat Keasaman (pH)
Agar proses pembentukan garam mineral yang terjadi di dalam tambak garam dapat berjalan dengan cepat dan lancar, air yang digunakan sebaiknya bersifat alkalis (basa) dan mantap (goncangan PH tidak terlalu besar). pH yang ideal berkisar antara 7 – 8.
4. Polusi Air.
Untuk menghindari pencemaran air, lahan pegaraman sebaiknya terletak cukup jauh dari daerah industri, pelabuhan, pemukiman, pertanian maupun kota – kota besar.
b. Pasang surut air laut.
Fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Pasang surut laut pada lokasi tambak garam jangan melebihi dari 1 meter karena akan sulit mendapatkan stok air laut yang akan ditampung pada bak penampungan air muda.
Fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Pasang surut laut pada lokasi tambak garam jangan melebihi dari 1 meter karena akan sulit mendapatkan stok air laut yang akan ditampung pada bak penampungan air muda.
c. Iklim dan cuaca
Apakah yang dimaksud dengan cuaca dan iklim? Yang dimaksud dengan cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit dan pada jangka waktu yang singkat. Cuaca itu terbentuk dari gabungan unsur cuaca dan jangka waktu cuaca bisa hanya beberapa jam saja. Misalnya: pagi hari, siang hari atau sore hari, dan keadaannya bisa berbeda-beda untuk setiap tempat serta setiap jamnya. Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang kejadianya dalam waktu yang lama dan meliputi wilayah yang luas.
Proses terbentuknya kristal garam adalah proses penguapan pada tambak garam yang disebabkan oleh sinar panas matahari, sehinga untuk mendapatkan produksi garam yang bagus sebaiknya lokasi tambak garam pada satu wilayah dipilih dengan musim kemarau yang panjang atau lebih dari 5 bulan dalam satu tahunnya. Karena bila satu wilayah tambak garam curah hujannya terlalu tinggi atau musim penghujannya panjang akan didapat produksi garam yang rendah atau bisa dikatakan wilayah tersebut tidak cocok untuk lokasi tambak garam.
Ada beberapa unsur yang mempengaruhi keadaan cuaca dan iklim suatu daerah atau wilayah, yaitu: suhu atau temperatur udara, tekanan udara, angin, kelembaban udara, dan curah hujan.
Penentuan awal musim pembuatan garam adalah dengan cara mengamati perilaku iklim sebagai berikut :
a. Curah hujan tahunan mendekati atau melebihi curah hujan tahunan rata-rata pada masing-masing lahan pegaraman.
b. Curah hujan dalam 2 (dua) dekade berturut-turut dibawah 50 mm/dekade.
c. Kecepatan angin minimal 5 mm/detik.
d. Arah angin dari arah timur.
e. Kelembaban udara dibawah 70 %.
f. Konsentrasi air laut > 2 °Be.
Suhu atau temperatur udara adalah derajat panas dari aktivitas molekul dalam atmosfer. Udara timbul karena adanya radiasi panas matahari yang diterima bumi. Panas bumi ini sangat berpengaruh sekali terhadap pertumbuhan kristal garam, sehingga pelepasan air tua diharapkan pada siang hari.
Tingkat penerimaan panas oleh bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
- Sudut datang sinar matahari, yaitu sudut yang dibentuk oleh permukaan bumi dengan arah datangnya sinar matahari. Makin kecil sudut datang sinar matahari, semakin sedikit panas yang diterima oleh bumi dibandingkan sudut yang datangnya tegak lurus.
- Lama waktu penyinaran matahari, makin lama matahari bersinar, semakin banyak panas yang diterima bumi.
- Keadaan muka bumi (daratan dan lautan), daratan cepat menerima panas dan cepat pula melepaskannya, sedangkan sifat lautan kebalikan dari sifat daratan.
- Banyak sedikitnya awan, ketebalan awan mempengaruhi panas yang diterima bumi. Makin banyak atau makin tebal awan, semakin sedikit panas yang diterima bumi.
Selain suhu atau temperatur udara, unsur cuaca dan iklim yang lain adalah tekanan udara. Tekanan udara adalah suatu gaya yang timbul akibat adanya berat dari lapisan udara. Besarnya tekanan udara di setiap tempat pada suatu saat berubah-ubah. Makin tinggi suatu tempat dari permukaan laut, makin rendah tekanan udaranya. Hal ini disebabkan karena makin berkurangnya udara yang menekan.
d. Angin
Angin merupakan salah satu unsur cuaca dan iklim. Angin adalah udara yang bergerak dari daerah bertekanan udara tinggi ke daerah bertekanan udara rendah. Di area tambak garam angin sangat berpengaruh sekali terhadap proses terbentuknya Kristal garam disamping penyinaran panas matahari, karena angin mampu membawa uap air baik pada siang hari maupun malam hari. Ada beberapa hal penting yang perlu diketahui tentang angin, yaitu meliputi:
1) Kecepatan Angin
Kecepatan angin sangat berpengaruh terhadap kecepatan penguapan air laut pada meja garam baik pada waktu malam maupun siang hari. Kecepatan angin dapat ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain:
a) Relief Permukaan Bumi
Angin bertiup kencang pada daerah yang reliefnya rata dan tidak ada rintangan. Sebaliknya bila bertiup pada daerah yang reliefnya besar dan rintangannya banyak, maka angin akan berkurang kecepatannya.
b) Ada Tidaknya Tumbuh-tumbuhan
Banyaknya pohon-pohonan akan menghambat kecepatan angin dan sebaliknya, bila pohon-pohonannya jarang maka sedikit sekali memberi hambatan pada kecepatan angin.
c) Tinggi dari Permukaan Tanah
Angin yang bertiup dekat dengan permukaan bumi akan mendapatkan hambatan karena bergesekan dengan muka bumi, sedangkan angin yang bertiup jauh di atas permukaan bumi bebas dari hambatan-hambatan.
e. Kelembaban udara
Unsur keempat yang dapat berpengaruh terhadap cuaca dan iklim di suatu tempat adalah kelembaban udara. Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam massa udara pada saat dan tempat tertentu, sehingga bila satu daerah tinggkat kelembabanya terlalu tinggi maka proses kristalisasi akan terhambat atau lebih lama.
f. Curah hujan
Curah hujan adalah jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu. Curah hujan ini sangat berpengaruh sekali terhadap proses penguapan air laut yang berada dtambak garam, karena bila curah hujan tinggi disuatu wilayah berarti wilayah ini tidak cocok untuk area tambak garam.
Curah hujan yang jatuh di wilayah Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1) Bentuk medan atau topografi;
2) Arah lereng medan;
3) Arah angin yang sejajar dengan garis pantai; dan
4) Jarak perjalanan angin di atas medan datar.
Hujan adalah butiran-butiran air yang dicurahkan dari atmosfer turun ke permukaan bumi.
Pola umum curah hujan di Indonesia antara lain dipengaruhi oleh letak geografis. Secara rinci pola umum hujan di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut: :
a. Pantai sebelah barat setiap pulau memperoleh jumlah hujan selalu lebih banyak daripada pantai sebelah timur.
b. Curah hujan di Indonesia bagian barat lebih besar daripada Indonesia bagian timur. Sebagai contoh, deretan pulau-pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT yang dihubungkan oleh selat-selat sempit, jumlah curah hujan yang terbanyak adalah Jawa Barat.
c. Curah hujan juga bertambah sesuai dengan ketinggian tempat. Curah hujan terbanyak umumnya berada pada ketinggian antara 600 - 900 m di atas permukaan laut.
d. Di daerah pedalaman, di semua pulau musim hujan jatuh pada musim pancaroba.
Rata-rata curah hujan di Indonesia untuk setiap tahunnya tidak sama. Namun masih tergolong cukup banyak, yaitu rata-rata 2000 - 3000 mm/tahun. Begitu pula antara tempat yang satu dengan tempat yang lain rata-rata curah hujannya tidak sama. Ada beberapa daerah yang mendapat curah hujan sangat rendah dan ada pula daerah yang mendapat curah hujan tinggi:
a. Daerah yang mendapat curah hujan rata-rata per tahun kurang dari 1000 mm, meliputi 0,6% dari luas wilayah Indonesia, di antaranya Nusa Tenggara, dan 2 daerah di Sulawesi (lembah Palu dan Luwuk), Madura.
b. Daerah yang mendapat curah hujan antara 1000 - 2000 mm per tahun di antaranya sebagian Nusa Tenggara, daerah sempit di Merauke, Kepulauan Aru, dan Tanibar.
c. Daerah yang mendapat curah hujan antara 2000 - 3000 mm per tahun, meliputi Sumatera Timur, Kalimantan Selatan, dan Timur sebagian besar Jawa Barat dan Jawa Tengah, sebagian Irian Jaya, Kepulauan Maluku dan sebagaian besar Sulawesi.
d. Daerah yang mendapat curah hujan tertinggi lebih dari 3000 mm per tahun meliputi dataran tinggi di Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, dataran tinggi Irian bagian tengah, dan beberapa daerah di Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba.
Hujan terbanyak di Indonesia terdapat di Baturaden Jawa Tengah, yaitu curah hujan mencapai 7,069 mm/tahun. Hujan paling sedikit di Palu Sulawesi Tengah, merupakan daerah yang paling kering dengan curah hujan sekitar 547 mm/tahun.
j. Evaporasi
Proses pembentukan garam dari air laut merupakan salah satu proses dari evaporasi yang dibantu oleh penyinaran matahari. Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair (contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air). Sisa penguapan pada larutan yang mengandung mineral tertentu ini akan menjadi Kristal-kristal garam mineral. Proses ini adalah kebalikan dari kondensasi. Umumnya penguapan dapat dilihat dari lenyapnya cairan secara berangsur-angsur ketika terpapar pada gas dengan volume signifikan.
Rata-rata molekul tidak memiliki energi yang cukup untuk lepas dari cairan. Bila tidak cairan akan berubah menjadi uap dengan cepat. Ketika molekul-molekul saling bertumbukan mereka saling bertukar energi dalam berbagai derajat, tergantung bagaimana mereka bertumbukan. Terkadang transfer energi ini begitu berat sebelah, sehingga salah satu molekul mendapatkan energi yang cukup buat menembus titik didih cairan. Bila ini terjadi di dekat permukaan cairan molekul tersebut dapat terbang ke dalam gas dan "menguap" Energi surya menggerakkan penguapan air dari samudera, danau, embun dan sumber air lainnya.
2. Aspek Tanah meliputi :
a. Topografi
b. Tekstur tanah
Tanah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas tambak garam sebab tanah mempunyai kemampuan untuk menyerap atau melepaskan zat hara. Beberapa aspek tanah yang perlu diperhatikan adalah :
a. Topografi
Topografi sebaiknya landai, memiliki pasang surut <1 m untuk mempermudah memperoleh air laut. Topografi sebaiknya juga dipilih di tempat yang mempunyai elevasi tertentu agar memudahkan pengolahan air sehingga tambak cukup mendapatkan air pada saat terjadi pasang harian tanpa menggunakan pompa.
b. Tekstur tanah
Tekstur tanah yang baik untuk lahan pegaraman adalah bertekstur liat berat dengan sedikit pasir halus, hal ini penting untuk konstruksi dan menghindari adanya kebocoran karena perembesan atau porousitas air. Bebas dari gangguan binatang/tumbuhan liar. Bebas dari bencana alam. Sifat fisis dengan permeability rendah dan tanah tidak mudah retak.
Tekstur tanah berkaitan dengan kualitas tanah. Apabila tekstur tanah semakin kompak, lahan tersebut makin baik untuk dijadikan tambak. Untuk memudahkan pengamatan di lapangan, kita perlu mengetahui terlebih dahulu ukuran mineral penyusun tanah tersebut yakni :
- Pasir (sand) : 0,05 – 2,00 mm
- Lumpur (silt) : 0,02 – 0,05 mm
- Liat (clay) : < dari 0,002 mm
Tanah dengan kandungan pasir lebih besar 41 % kurang baik untuk dijadikan tambak karena selain porous juga tidak mampu menahan air dan sangat menyulitkan dalam pembuatan konstruksi tambak.
Hubungan antara tekstur tanah dengan kelayakannya sebagai lahan tambak.
Tekstur Tanah | Permeabilitas | Kelayakan |
Clay Sandy clay Loam Silty |
Kedap air Kedap air Semi kedap air Semi kedap air |
Sangat baik Baik Sedang Jelek |
DAFTAR PUSTAKA
Aris, Kabul. 2011. Pedoman Garam. Dirjen KP3K, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Jakarta.
Ensiklopedia Indonesia. 2011. Penguapan. Jakarta
Nonny. 2004. Pembesaran Udang. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Sarjani. 2011. Cuaca dan Penguapan. Kumba. Jember.
(Drajat, S.Pi, Widyaiswara BPPP Tegal)